Perubahan iklim yang mendorong tingginya temperatur udara pada musim panas di Eropa menyebabkan sebagian rumah sakit kebanjiran pasien yang mengalami gangguan pernapasan.
Health Science, Kamis (26/2/2009) melansir, kondisi tersebut didasarkan pada penelitian yang dipublikasikan oleh American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine.
Peneliti Eropa itu mengungkapkan sejak tiga tahun lalu, jumlah penderita gangguan pernapasan di 12 kota Eropa mengalami peningkatan sekira empat persen. Menurut para peneliti hal itu disebabkan peningkatan temperatur yang mencapai 90 persen.
Peningkatan jumlah pasien penderita gangguan tidak mengenal usia. Gangguan pernapasan akibat pemanasan global menyerang seluruh lapisan umur. Tapi untuk umur 75 tahun ke atas tak begitu terlalu berpengaruh.
Peneliti juga mengungkapkan, peningkatan jumlah penderita tidaklah mengagetkan. Namun peneliti berharap agar pemerintah di seluruh dunia dan Eropa pada khususnya wajib memperhatikan hasil penemuan itu.
"Penelitian ini sangat penting dalam bidang kesehatan publik, terutama untuk mencegah sejumlah penyebaran wabah penyakit," ujar Head of Environmental Epidemiology, Roma, Italy, Paola Michelozzi.
Menurut Michelozzi, perubahan iklim yang mengakibatkan tingginya temperatur udara juga akan meningkatkan polusi udara. Hal itu dapat berdampak pada pernapasan manusia.
Related Articles :
Peneliti juga mengungkapkan, peningkatan jumlah penderita tidaklah mengagetkan. Namun peneliti berharap agar pemerintah di seluruh dunia dan Eropa pada khususnya wajib memperhatikan hasil penemuan itu.
"Penelitian ini sangat penting dalam bidang kesehatan publik, terutama untuk mencegah sejumlah penyebaran wabah penyakit," ujar Head of Environmental Epidemiology, Roma, Italy, Paola Michelozzi.
Menurut Michelozzi, perubahan iklim yang mengakibatkan tingginya temperatur udara juga akan meningkatkan polusi udara. Hal itu dapat berdampak pada pernapasan manusia.
1 komentar:
pertamax
Post a Comment